Dudu Sanak Dudu Kadang, Yen Mati Melu Kelangan
Artinya, dudu sanak (bukan saudara), dudu kadang (bukan kerabat), yen mati (kalau meninggal), melu kelangan
(ikut kehilangan). Peribahasa ini merupakan gambaran mengenai eratnya
sistem kekerabatan di Jawa, dimana semua warga dihargai tanpa
membeda-bedakan keturunan maupun hubungan darah yang ada. Meskipun orang
lain, kalau yang bersangkutan mau menyatu atau membaur, maka mereka
akan menghargai dan menganggapnya seperti keluarga sendiri.
Orang Jawa
memiliki semangat persaudaraan yang tinggi. Semangat itu membuat mereka
mudah bergaul, menjalin persahabatan dengan siapa saja. Sebab,
persaudaraan (patembayatan) merupakan cara yang ideal untuk
menemukan ketenteraman hidup. Di Jawa, menghormati orang lain (misalnya,
tamu) sangatlah diutamakan. Terlebih jika sosok itu telah berjasa.
Menghormatinya pun akan diwujudkan dengan bermacam cara, sekaligus
menjadi manivestasi balas budi kepada sang pemberi jasa. Karena itulah,
ketika sosok yang sangat dihormati dan dihargai itu meninggal, mereka
akan benar-benar berduka dan merasa sangat kehilangan. Bahkan, terkadang
lebih berduka daripada ketika menghadapi kematian sanak kerabat
sendiri.
Saya harus banyak belajar dari para pendahulu...karena semua Pitutur Urip Wong Jowo merupakan suatu pengalaman hidup dengan menggunakan ilmu titen (yang diamati dan dianalisa tentunya segala sesuatu yang terjadi).
Ilmu Titen
Bagi manusia Jawa, tidak ada yang kebetulan didalam hidup ini – semua
kejadian sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa, Maha Skenario. Karena
tidak ada yang kebetulan maka pola-pola kejadian didalam kehidupan
kita tentunya bisa diobservasi dan diteliti untuk kemudian diambil
hikmahnya dan dilakoni nasihatnya.
Dalam metode penelitian kualitatif dan kuantitatif, sebetulnya metode niteni
adalah metode yang sah untuk mencari atau menggali ilmu secara
ilmiah. Bahkan, ilmu-ilmu sosial sangat bergantung pada metode
penelitian seperti ini sehingga metode ini menjadi jantung penelitian.
Misalnya Jean Piaget, bapak teori perkembangan, mengembangkan
ilmu psikologi kognitif dengan mengamati dan memantau anak-anak
berbagai usia. Beliau mencatat setiap hasil pengamatannya secara
terperinci sehingga ia bisa meneliti ada atau tidaknya hukum
sebab-akibat yang konstan pada anak-anak untuk kemudian bisa ia
dijadikan sebuah teori. Lalu, hasil analisa beliau – yang didasarkan
pada utak atik gathuk– dicatat, dipelajari, dibantah dan diuji
hingga pola sebab akibat dari semua variabel yang diteliti tersusun
rapi dan jelas. Manusia Jawa juga melakukan pengamatan dan analisa
serupa dalam kehidupannya sehari hari, dantanpa disadari, manusia Jawa
sebenarnya sudah menjadi ilmuwa otodidak. Tanda-tanda alam dan
kejadian-kejadian diperhatikan dan dicatat dalam ingatan pribadi lalu
dianalisa dan hasil analisa itulah yang menuntunnya membuat keputusan.
Ilmuwan jaman dulu selalu melakukan eksperimen berdasarkan ilmu titen. Benjamin Franklin menciptakan penangkal petir setelah dia memperhatikan akibat dari sambaran petir dan meneliti bagaimana cara kerja petir itu. Isaac Newton, sang jenius yang secara “kebetulan”niteni apel jatuh dan itu menuntunnya pada penemuan sebuah teori gravitasi. Semua ilmuwan besar belajar dari alam sehingga mereka tidak hanya mampu menghargai alam raya dan seisinyatapi juga mampu menggunakannya untuk kemajuan kemanusiaan dan peradaban seluruh makhluk. Manusia Jawa sangat percaya akan hal ini.
Apa bedanya ilmuwan sejati dengan manusia Jawa yang niteni secara informal ini? Perbedaan yang utama terletak pada kemampuan memilih dan memisahkan variable yang sah dari yang tidak sah, kemampuan analisa dan kedalaman analisa. Semakin tinggi ketiga kemampuan ini maka hasil niteni akan semakin ilmiah dan semakin mantap nafas empiriknya.
Lantas,apakah dengan begitu kita bisa menghakimi bahwa manusia Jawa yang niteni itu primitif, bahwa utak atik gathuk itu tidak ilmiah?Tapi apa bedanya dengan sistim uji korelasi dalam metode penelitian kuantitatif? Jadi, dimana letak kemusyrikannya metode ini? Bukankah yang diteliti juga ciptaan Tuhan?
Memang, banyak pakem yang harus diikuti untuk bisa niteni dengan benar supaya tidak terjebak pada penyesatan dan penyelewengan ilmu titen, dan itulah yang harus kita waspadai.
Ilmuwan jaman dulu selalu melakukan eksperimen berdasarkan ilmu titen. Benjamin Franklin menciptakan penangkal petir setelah dia memperhatikan akibat dari sambaran petir dan meneliti bagaimana cara kerja petir itu. Isaac Newton, sang jenius yang secara “kebetulan”niteni apel jatuh dan itu menuntunnya pada penemuan sebuah teori gravitasi. Semua ilmuwan besar belajar dari alam sehingga mereka tidak hanya mampu menghargai alam raya dan seisinyatapi juga mampu menggunakannya untuk kemajuan kemanusiaan dan peradaban seluruh makhluk. Manusia Jawa sangat percaya akan hal ini.
Apa bedanya ilmuwan sejati dengan manusia Jawa yang niteni secara informal ini? Perbedaan yang utama terletak pada kemampuan memilih dan memisahkan variable yang sah dari yang tidak sah, kemampuan analisa dan kedalaman analisa. Semakin tinggi ketiga kemampuan ini maka hasil niteni akan semakin ilmiah dan semakin mantap nafas empiriknya.
Lantas,apakah dengan begitu kita bisa menghakimi bahwa manusia Jawa yang niteni itu primitif, bahwa utak atik gathuk itu tidak ilmiah?Tapi apa bedanya dengan sistim uji korelasi dalam metode penelitian kuantitatif? Jadi, dimana letak kemusyrikannya metode ini? Bukankah yang diteliti juga ciptaan Tuhan?
Memang, banyak pakem yang harus diikuti untuk bisa niteni dengan benar supaya tidak terjebak pada penyesatan dan penyelewengan ilmu titen, dan itulah yang harus kita waspadai.
Anda mengalami kencing yang di sertai dengan nanah? Dan tidak tahu sebenarnya yang anda derita? disitus ini, kami akan menjelaskan sedikit mengenai pengertian, gejala, ciri-ciri dan pengobatan penyakit kencing nanah secara alami. Apa sih penyakit Kencing Nanah ? Kencing nanah merupakan suatu penyakit menular seksual. anda harus benar-benar memahami ciri-ciri dan gejalanya baik pada pria maupun wanita. karena penyakit ini akan sangat berbahaya jika tidak segera di obati. Kami juga menyediakan obat kencing nanahuntuk anda
BalasHapus